Cyber library

LUKISAN DUA DUNIA YANG MENYIMPAN GAGASAN SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA TENTANG KEMAJUAN DAN KESEIMBANGAN

            Sebuah lukisan besar terpajang di ruang kepala Perpustakaan Universitas Nasional, karya tersebut bukan sekedar hiasan dinding semata, melainkan representasi visual dari pemikiran mendalam Bapak Sutan takdir Alisjahbana (STA) tentang arah kemajuan manusia dan kebudayaan. Lukisan ini menggambarkan dua dunia yang bertolak belakang, di sisi kiri tampak lanskap kehancuran dengan ledakan besar menyerupai awan jamur, tanah yang gersang dan langit yang kelam. Sementara di sisi kanan terlihat kehidupan modern dengan pepohonan hijau, gedung-gedung tinggi dan tumbuhan yang rindang seakan menandakan kemajuan serta harapan. Di antara kedua sisi itu berdiri sebuah pohon besar, menjadi pembatas dan sekaligus penghubung antara dua realitas yang kontras.

            Lukisan ini berasal dari ide besar Bapak Sutan Takdir Alisjahbana, seorang pemikir, budayawan dan sastrawan Indonesia yang dikenal luas karena pandangannya yang visioner tentang modernitas dan arah kemajuan bangsa. Bagi STA, kebudayaan bukan sekedar warisan masa lalu saja, melainkan kekuatan hidup yang terus bergerak menuju kesempurnaan. Beliau memandang bahwa manusia Indonesia harus membebaskan diri dari pola pikir statis dan membuka diri terhadap ilmu pengetahuan, rasionalitas dan nilai-nilai universal yang membangun peradaban. Namun, dalam semangat modernitas itu, STA tidak pernah mengingkari pentingnya akar budaya sendiri, sebuah pondasi moral dan spiritual yang menuntun manusia agar kemanjuan tidak kehilangan makna kemanusiaanya.

            Gagasan tersebut hidup dan berdenyut dalam kompisisi visual lukisan ini. Sisi kiri menggambarkan kehancuran akibat ketidaktahuan, peperangan dan ketidakperdulian manusia terhadap alam. Warna merah yang mendominasi, ledakan di cakrawala serta tanah yang tandus adalah metafora tentang konsekuensi ketika akal budi tercerabut dari nilai moral. Sebaliknya, sisi kanan lukisan menghadirkan lanskap yang hijau dan penuh Cahaya, symbol dari kemajuan yang diwarnai oleh harmoni antara manusia, pengetahuan dan ingkungan. Gedung-gedung menjulang bukan sekedar lambang modernitas fisik, tetapi juga cerminan kebangkitan intelektual dan semangat membangun masyarakat yang beradab. Di tengah antara dua sisi yang berbeda itu berdiri sebuah pohon besar, akar dan dahannya menjangkau kedua sisi, menjadi simbol keseimbangan dan kesinambungan. Pohon ini dapat dimaknai sebagai roh kebudayaan yang menghubungakan masa lalu dan masa depan, tradisi dan kemajuan serta alam dan manusia. Melalui simbol ini STA seakan menegaskan bahwa kemajuan sejati tidak dapat lahir dari pemutusan diri terhadap Sejarah, melainkan dari kemampuan manusia untuk menumbuhkan Kembali nilai-nilai luhur di tengah perubahan zaman. Dalam pandangan yang lebih filosofis, pohon ini adalah representasi diri dialektika peradaban, bahwa setiap kemajuan lahir dari kesadaran akan keterbatasan dan setiap kehancuran membuka peluang bagi lahirnya kehidupan baru yang lebih bijak.

Proses Restorasi/perbaikan lukisan (Sumber : dokumentasi pribadi/Agim)

            Menariknya, ketika lukisan ini pertama kali diterima dari salah satu ruangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAS, kondisinya sudah tidak begitu baik. Permukaan kanvas Nampak kering, warnanya mulai memudar dan bagian pigura mengalami kerusakan. Melihat nilai historis dan intelektual yang terkandung di dalamnya, pihak perpustakaan segera mengambil Langkah restorasi agar karya ini Kembali ke bentuk terbaiknya. Proses perbaikan dilakukan dengan hati-hati.

            Kini, ketika seseorang memasuki ruang Kepala Perpustakaan pandangan akan langsung tertuju pada lukisan tersebut. Seakan mengajak setiap pengunjung untuk merenung diantara dua dunia yaitu kehancuran dan kemajuan, dimanakah manusia akan berdiri? Pesan filosofis yang terpancara dari lukisan ini terasa sangat relevan dengan semangat zaman, dimana teknologi, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan perlu dijaga agar berjalan beriringan. Sama seperti gagasan STA, lukisan ini menjadi pengingat bahwa kemajuan bukanlah sekedar hsil Pembangunan fisik, melainkan buah dari keseimbangan antara akal budi, kebudayaan dan tanggungjawab moral terhadap kehidupan.

            Dengan demikian, lukisan ide Bapak Sutan Takdir Alisjahbana ini tidak hanya memperkaya koleksi Galeri STA, tetapi juga memperdalam makna keberadaan perpustakaan sebagai ruang intelektual yang menjaga warisan pemikiran dan seni bangsa. Dari ruang sederhana, karya ini terus berbicara, tentang masa lalu yang perlu direnungi, masa kini yang harus dijaga dan masa depan yang layak diperjuangkan.

Berita Populer

Capture
LUKISAN DUA DUNIA YANG MENYIMPAN GAGASAN SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA TENTANG KEMAJUAN DAN KESEIMBANGAN
1
STRATEGI PERGURUAN TINGGI MENYONGSONG AKREDITASI PERPUSTAKAAN 2025: ADAPTASI, KOLABORASI, DAN TRANSFORMASI DIGITAL
2025 visitor and reader of the month (Presentasi)
VISITOR DAN READER OF THE MONTH: MENDORONG SEMANGAT CIVITAS AKADEMIKA DI PERPUSTAKAAN MASA KINI
Capture
CYBER LIBRARY UNIVERSITAS NASIONAL BERPARTISIPASI DALAM KPPTI-4, MEWUJUDKAN INOVASI DAN ETIKA AI DI PERPUSTAKAAN AKADEMIK
WhatsApp Image 2025-10-07 at 14.45
Sejarah Galeri Sutan Takdir Alisjahbana

Artikel Populer

Berita Lainnya

WhatsApp Image 2024-03-26 at 11.31
Membangun Literasi Mahasiswa UNAS untuk Lomba Duta Baca di Dispusip DKI
Pelatihan literasi ini merupakan langkah yang sangat positif, mengingat pentingnya literasi dalam kehidupan...
Read More
Picture2
Kunjungan Asesor Akreditasi Akuntasi Ke Perpustakaan UNAS
Pada Selasa, 15 April 2025, Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, S.E., M.Si., Ak., salah satu dari dua...
Read More
Salinan dari Template foto kegiatan (1)
Kunjungan dari mahasiswa jurusan Sains Informasi UPN Veteran Jakarta ke Perpustakaan UNAS
            Pada Kamis, 19 Juni 2025, Perpustakaan Universitas Nasional menerima kunjungan dari mahasiswa...
Read More