Selasa, 03 Desember 2024, Perpustakaan Universitas Nasional menghadiri seminar yang diadakan oleh FPPTI DKI Jakarta. Acara yang bertemakan “Librarian Chit Chat and Networking: Talk About University Library Recent Trends” sukses diselenggarakan dengan menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain, Irma Irawati Ibrahim, S.S., M.Kom (Ketua FPPTI DKI Jakarta), Astrid Chrisafi, S.S., M.Hum. (Wakil Ketua FPPTI DKI Jakarta, Dr. Harsiti, M.Si (Bendahara FPPTI DKI Jakarta), Subagja Budirahman, S.Sos. (Koordinator Komisi 2 – Bidang Desain dan IT), dan Santi Kusuma, S.Pd., M.Sc (Koordinator Komisi 4 – Bidang Pelatihan dan Penerbitan).
Seminar ini memberikan wawasan tentang peran strategis perpustakaan universitas dalam mendukung kegiatan akademik di tengah perubahan tren teknologi, perilaku pengguna, dan tuntutan zaman. Dalam diskusi ini, para pembicara menyoroti tantangan utama yang dihadapi perpustakaan serta strategi inovatif yang dapat diterapkan untuk mempertahankan relevansi perpustakaan sebagai pusat pengetahuan.
Perpustakaan universitas memiliki peran vital dalam mendukung aktivitas belajar mengajar dan penelitian. Perubahan perilaku pengguna mencerminkan kebutuhan akan adaptasi dalam pelayanan. Mahasiswa S1, misalnya, cenderung mengandalkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk kebutuhan informasi cepat. Sebaliknya, mahasiswa S2 lebih fokus pada referensi tradisional seperti buku untuk mendalami penelitian, yang membuat suasana perpustakaan lebih kondusif dan tenang.
Digitalisasi informasi menjadi kebutuhan mendesak untuk menjembatani perbedaan tersebut. Perpustakaan dituntut menyediakan akses ke koleksi digital, termasuk skripsi, tesis, dan e-book, guna memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam. Selain itu, inovasi dalam layanan, seperti pengembangan ruang kolaborasi dan penyediaan fasilitas berbasis teknologi, menjadi hal yang tak terelakkan.
Perubahan kurikulum dan cara belajar mahasiswa memengaruhi fungsi perpustakaan sebagai pusat pembelajaran. Anak-anak generasi saat ini lebih interaktif dan kolaboratif dalam belajar, sehingga perpustakaan perlu menciptakan ruang yang mendukung metode pembelajaran ini. Pustakawan juga harus mengembangkan keterampilan baru, seperti analisis data, penguasaan teknologi informasi, dan kemampuan problem solving untuk membantu pengguna menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.
Seminar ini menegaskan bahwa perpustakaan universitas harus bertransformasi untuk tetap relevan di era digital. Pustakawan perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan pengguna. Dengan mengintegrasikan inovasi teknologi, mendukung keberlanjutan, dan mengutamakan pengalaman pengguna, perpustakaan dapat mempertahankan perannya sebagai elemen kunci dalam ekosistem akademik. Perpustakaan bukan lagi sekadar ruang penyimpanan buku, melainkan pusat inovasi dan kolaborasi yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat.